Penyakit kresek atau Hawar Daun
Bakteri (BLB) termasuk penyakit padi yang perlu diwaspadai. Ciri umum serangan
bakteri Xanthomonas kresek adalah dengan indikator bercak daun dan daun
mengalami klorosis/menguning. Tetapi ada ciri yang khas, yaitu jika padi yang
sedang mengalami serangan diberi pupuk Nitrogen (Urea,ZA), maka serangan
penyakit semakin menghebat. Orang Sunda bilang ngeyepes, atau daun seperti
luruh, rontok dan akhirnya tanaman menjadi gundul. Harus diwaspadai juga,
bakteri ini tahan berada dalam tanah (jika sawah diberakan : tidak ditanami)
selama 3 bulan. Jika dilihat dari jauh kadang daun padi terlihat merah.
Penyakit hawar daun bakteri atau
penyakit kresek (blast) ini dapat dikendalikan dengan bakteri Corine sp.
Bakteri Corine ini berhasil diidentifikasi dan diisolasi sebagai antigen
bakteri Xanthomonas Kresek kira-kira 12 atau 13 tahun yang lalu oleh Balai
Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tanaman (BBPOPT) Jatisari, Karawang, Jawa
Barat. Kemudian isolatnya di sebarkan ke seluruh Laboratorium POPT yang ada di
Indonesia, kepada kelompok-kelompok tani, dan kepada perorangan yang berminat.
Banyak anggota kelompok tani se-Indonesia telah dilatih mengenai bakteri Corine
ini oleh BBPOPT Jatisari, salah satu diantaranya adalah penulis sendiri. Sejak
tahun 2008 bersama-sama petani, penulis memetik banyak manfaat dalam
penyehatan, penyuburan, dan pengamanan padi khususnya dari serangan penyakit
kresek.
Beberapa manfaat aplikasi bakteri
Corine pada padi yang dirasakan oleh petani antara lain Padi terbebas dari
serangan penyakit kresek, Tampilan padi lebih sehat dan lebih subur, Jumlah
anakan optimal, Pembungaan dan kematangan buah merata dan serempak,
Keluar bunga relatif lebih cepat dari biasanya serta Bulir padi
lebih sehat dan lebih bernas.
Cara Memproduksi Bakteri Corine, sp.
Untuk memproduksi bakteri
Corine, kita harus punya Isolat bakteri Corine dan peralatan produksinya.
Isolat Bakteri Corine, biasanya tersedia dalam bentuk biakan murni dalam
media PDA (Potatoes Dextrose Agar). Wadah yang paling umum digunakan adalah
tabung reaksi. Tiap tabung reaksi dapat digunakan untuk membuat larutan bakteri
Corine sebanyak 5 liter.
Peralatan/instalasi produksi untuk
memperbanyak bakteri Corine sp antara lain berupa
1. Aerator dan slang-nya, sebagai
sumber udara sekaligus pengaduk.
2. Fermentor, yaitu botol yang
berisi larutan PK (KMnO4) atau Methylene Blue untuk membunuh bakteri dan jamur
yang terbawa oleh udara dari aerator.
3. Filter, yaitu botol yang berisi
glass wool/busa penyaring untuk membersihkan udara dari fermentor dengan
menangkap butiran PK atau MB yang tercampur udara.
4. Jerigen kapasitas 5, 10, atau 20
liter untuk memproduksi bakteri Corine dalam media larutan EKG (Ekstrak Kentang
Gula).
5. Botol atau gelas
untuk mengamankan lubang pembuangan udara dari jerigen, sekaligus sebagai
indikator bahwa udara lancar tertiup ke dalam jerigen.
Larutan Ekstrak Kentang Gula (EKG)
Larutan EKG merupakan media untuk
membiakan bakteri Corine sp. Bahan-bahan yang digunakan antara lain
Kentang 300 gram, Gula pasir 15 gram, dan Air bersih 1 liter.
Agar ekonomis larutan bakteri Corine biasanya dibuat minimal 20 liter sehingga
bahan-bahan yang diperlukan sebanyak 6 kg kentang, 300 gram gula
pasir, 20 liter air, dan 4 tabung isolate bakteri.
Pembuatan EKG sebagai media biakan
bakteri Corine adalah sebagai berikut Bersihkan kentang dengan cara
dicuci dan dibilas dengan air bersih, kemudian kupas kentang dan potong-potong
menjadi potongan kecil seperti kubus ukuran 1 cm x 1 cm. Bilas kembali
potongan kentang dengan air bersih, lalu masukan kedalam panci berisi air untuk
direbus. Rebus kentang sampai lunak (± 30 menit).
Sari kentang disaring dengan kain siphon
(semacam kain kerudung) ke dalam wadah penampung. Aduk pelan jika penyaringan
sedikit sulit. Air kentang yang baru disaring tersebut disebut ekstrak
kentang. Masukan kembali ekstrak untuk direbus bersama gula pasir selama
beberapa menit hingga gula larut.
Jika gula telah larut angkat ekstrak
kentang gula dan masukan secara hati-hati ke dalam jerigen yang telah dicuci
bersih dan telah dibilas dengan air mendidih beberapa saat sebelumnya. Tunggu
media EKG dingin (dibawah 30°C) untuk diinokulasi dengan biakan bakteri murni.
Inokulasi Bakteri Corine, sp
Setelah larutan EKG dingin dan siap
untuk diinokulasi dengan isolat bakteri Corine sp, Inokulasi dilakukan dengan
cara Isolat bakteri dalam tabung diberi air matang yang sudah dingin
untuk diencerkan sampai sebatas leher tabung. Gunakan lidi steril yang
telah ditipiskan (dilap dengan alkohol terlebih dahulu) untuk melepaskan koloni
bakteri dari agar. Masukan bakteri encer ke dalam larutan EKG yang telah dingin
secara hati-hati agar tidak tumpah atau menempel di dinding bagian dalam
jerigen. Lakukan hingga 3 kali agar koloni bakteri benar-benar terangkat semua.
Tutup jerigen rapat-rapat agar udara
dari dalam jerigen tidak lepas ke sela-sela tutupnya. Jika perlu gunakan lilin
mainan anak untuk menambal sisi-sisi tutup jerigen dan selang yang melaluinya.
Hidupkan aerator agar udara mulai mengalir ke dalam jerigen.
Inkubasi
Inkubasi dilakukan dengan cara
setelah inokulasi selesai larutan EKG dihembus dengan udara dari aerator secara
terus menerus selama 10 – 14 hari (penulis biasanya melakukan inkubasi selama
14 hari, dan mendiamkannya tanpa hembusan aerator selama 6 hari). Setelah
14 hari, saring dan tampung larutan bakteri Corine pada wadah yang telah diusap
sebelumnya dengan larutan alkohol 70% dan kemas larutan bakteri Corine secara
hati-hati sesuai tujuan.
Jika akan disimpan, simpanlah di
tempat yang sejuk dan kering serta terhindar dari cahaya matahari. Larutan
bakteri Corine siap digunakan. Masa simpan efektif larutan
yang sudah jadi adalah 4 – 6 bulan. Tapi tidak usah khawatir, jika sudah
kadaluwarsa pun jangan sekali-kali dibuang, sebab larutan tersebut akan menjadi
pupuk organik cair dengan kualitas sangat baik.
Sumber : http://www.penyuluhpertanian.com
Semoga bermanfaat bagi para petani yang punya kemandirian
salam pertanian Organik
"Bertani Dengan Kemandirian"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar